Mengenal Perbedaan Briket dan Arang

briket dan arang

Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan akan bahan bakar padat masih cukup besar, terutama untuk keperluan rumah tangga maupun usaha kecil. Salah satu hal yang menarik untuk dipahami adalah perbedaan antara briket dan arang sebagai sumber energi alternatif. Masyarakat masih menggunakan arang, tetapi kini mulai beralih ke briket karena briket lebih efisien dan ramah lingkungan.

Arang adalah bahan bakar padat hasil pembakaran tidak sempurna dari kayu atau bahan organik lain.
Briket merupakan bahan bakar padat yang memadatkan limbah biomassa seperti tempurung kelapa, serbuk gergaji, atau sekam padi. Pembuatan briket menggunakan mesin lebih efisien,ini rekomendasi toko mesin.

Memahami perbedaan antara briket dan arang dapat membantu masyarakat menentukan pilihan bahan bakar yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Mengenal perbedaan kedua bahan bakar ini memudahkan masyarakat memilih opsi yang paling tepat.

Perbedaan Utama antara Briket dan Arang

aranggg

Bahan Baku

Produsen biasanya membakar kayu atau batang tanaman secara tidak sempurna untuk membuat arang. Proses ini menghasilkan bahan bakar padat yang pengguna gunakan dengan mudah untuk memasak atau membakar. Namun, penggunaan arang sering menyebabkan kerusakan lingkungan akibat penebangan pohon.

Sementara itu, briket memanfaatkan limbah pertanian seperti tempurung kelapa, serbuk gergaji, dan sekam padi. Produsen mengeringkan, menggiling, dan memadatkan bahan-bahan tersebut menjadi bentuk yang seragam. Metode ini memungkinkan briket untuk mengolah limbah organik yang biasanya terbuang begitu saja.

Masyarakat memproduksi briket tanpa merusak hutan atau ekosistem sehingga briket melindungi lingkungan lebih baik dibanding arang. Briket juga membakar lebih efisien dan menyala lebih lama daripada bahan bakar lain.

Proses Pembuatan

Pengrajin membuat arang dengan membakar kayu dalam kondisi minim oksigen melalui proses karbonisasi yang berlangsung langsung sehingga menghasilkan arang siap pakai tanpa banyak tahap tambahan.

Sebaliknya, briket membutuhkan beberapa langkah tambahan sebelum siap pakai. Pembuatnya harus mengeringkan bahan, mencampur perekat, lalu memadatkannya. Setiap tahap produksi sangat penting untuk menghasilkan briket dengan kualitas terbaik.

Meskipun produksi briket memerlukan tahapan yang lebih kompleks, hasil akhirnya menawarkan efisiensi tinggi dan ramah terhadap lingkungan. Proses tersebut juga mengubah limbah yang tadinya tidak bernilai menjadi bahan yang lebih bermanfaat. Oleh karena itu, briket menjadi pilihan yang semakin diminati.

Briket

briket

1.Pengumpulan dan Pemilihan Bahan

batokk

Para produsen mengoleksi bahan dasar seperti batok kelapa, serbuk kayu, atau kulit padi.
Mereka memilih bahan yang kering, tidak berjamur, dan bersih dari kotoran.
Mutu bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan sangat menentukan kualitas briket.

Bahan baku yang basah atau kotor bisa merusak struktur dan pembakaran briket.
Oleh karena itu, tahap awal ini penting untuk memastikan standar mutu terpenuhi.
Ketahanan kualitas briket meningkat seiring dengan penggunaan bahan baku yang berkualitas tinggi.

Selain itu, memilih bahan yang sesuai turut berkontribusi dalam pengurangan limbah hasil pertanian.
Limbah yang sebelumnya tidak terpakai kini bisa dimanfaatkan secara ekonomis.
Karena faktor tersebut, briket menjadi pilihan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

2.Karbonisasi

Setelah memilih bahan, pekerja menjalankan proses karbonisasi dengan memanaskan bahan dalam drum tertutup yang minim oksigen. Tujuannya agar bahan berubah menjadi arang, bukan menjadi abu.

Operator mengontrol suhu saat karbonisasi agar hasil maksimal. Jika suhu terlalu panas atau waktu proses terlalu lama, bahan bisa hangus dan rusak. Operator juga mengandalkan pengalaman mereka untuk menjaga kestabilan proses ini.

Arang hasil karbonisasi menjadi bahan dasar utama dalam pembuatan briket. Kualitas briket semakin tinggi ketika proses karbonisasi berjalan dengan baik. Proses karbonisasi turut berperan dalam menghilangkan bahan-bahan yang tidak diperlukan saat pembakaran.

3.Penghalusan dan Penyaringan

Setelah menyelesaikan proses karbonisasi, pekerja menggiling arang hingga menjadi bubuk halus sebagai persiapan tahap berikutnya.
Proses ini penting agar briket yang dicetak padat dan tidak mudah retak.
Bubuk arang yang kasar akan membuat hasil cetakan kurang stabil.

Pekerja menyaring bubuk arang menggunakan ayakan berukuran tertentu untuk menghasilkan partikel seragam sehingga proses pencampuran menjadi lebih mudah.
Partikel yang terlalu besar bisa mengganggu proses pencetakan briket.

Hasil penyaringan ini menjadi bahan siap campur yang berkualitas baik.
Langkah ini tampak sederhana, tetapi berpengaruh besar pada hasil akhir.
Briket yang halus dan padat berasal dari proses penghalusan yang optimal.

4.Pencampuran Bahan

pengulen

Pekerja mencampur bubuk arang hasil ayakan dengan air dan perekat alami, seperti pati serta tepung tapioka. Pencampuran yang merata sangat penting supaya briket memiliki daya ikat yang kuat dan tahan lama.

Perbandingan antara arang, air, dan perekat harus tepat.
Jika terlalu banyak air, briket menjadi lembek dan mudah retak.
Sebaliknya, bila terlalu sedikit perekat, briket tidak akan padat.

Pekerja mencampur bahan menggunakan tangan atau alat pengaduk mekanis untuk membentuk adonan yang siap dicetak.
Campuran yang homogen akan menghasilkan briket dengan kualitas seragam dan daya tahan tinggi.

5.Pencetakan Briket

mesin pencetak

Setelah adonan merata, tahap selanjutnya adalah membentuk briket melalui proses pencetakan.
Pekerja memasukkan adonan ke mesin pencetak atau cetakan manual untuk membentuk briket berbentuk silinder, balok, atau tabung.

Proses pencetakan menentukan kepadatan dan bentuk briket akhir.
Tekanan tinggi menghasilkan briket yang padat dan tahan pecah.
Proses pencetakan perlu dilakukan secara cepat supaya adonan tidak mengeras sebelum dibentuk.

Setelah dicetak, briket dikeluarkan dan disusun rapi untuk proses pengeringan.
Cetakan yang bagus akan mempercepat proses produksi dalam skala besar.
Briket yang rapi juga memudahkan dalam pengemasan dan distribusi.

6.Pengeringan

pengering

Pekerja menjemur briket di bawah sinar matahari atau mengeringkan briket dengan oven khusus untuk mempercepat proses, menurunkan kadar air, dan menjaga daya simpan briket lebih lama.

Briket yang masih lembap mudah rusak dan sulit terbakar.

Oleh karena itu, proses pengeringan tidak boleh tergesa-gesa.
Waktu pengeringan tergantung pada cuaca dan ketebalan briket.

Briket yang sudah kering bisa langsung dikemas dan disimpan.
Tempat penyimpanan harus kering dan berventilasi baik agar kualitas terjaga.
Dengan pengeringan yang baik, briket bisa disimpan dalam waktu lama.

Arang

arang

1.Pemilihan Bahan

Produsen memilih kayu, ranting, atau batang tanaman yang sudah kering, memastikan bebas dari jamur, air, dan kotoran agar hasil maksimal, karena kualitas kayu yang baik menghasilkan mutu arang yang lebih bagus.

Kayu dengan kadar kelembapan tinggi sulit menjalani proses karbonisasi dan dapat menghasilkan asap yang banyak.
Selain itu, kelembapan tinggi memperpanjang waktu pembakaran.
Oleh karena itu, penting memilih bahan dengan kadar air rendah.

Jenis kayu juga memengaruhi kualitas arang, seperti tingkat panas dan kepadatannya.
Kayu keras biasanya menghasilkan arang lebih tahan lama dan padat.
Pemilihan ini menjadi langkah awal yang menentukan kualitas produksi.

2.Karbonisasi Langsung

Pekerja membakar kayu dalam tungku atau lubang khusus dengan sedikit pasokan oksigen melalui proses karbonisasi langsung atau pembakaran parsial. Tujuan proses ini adalah mengubah kayu menjadi arang tanpa membakarnya sampai menjadi abu.

Tungku ditutup sebagian agar panas tetap terjaga tanpa membakar kayu habis.
Suhu dan waktu pembakaran sangat memengaruhi hasil akhir arang.
Jika terlalu panas, arang akan rapuh dan mudah hancur.

Karbonisasi biasanya berlangsung selama beberapa jam tergantung jenis kayu.
Selama proses ini, pengawasan ketat sangat diperlukan.
Kesalahan kecil bisa membuat seluruh bahan gagal menjadi arang.

3.Pendinginan

Setelah menyelesaikan proses pembakaran, pekerja mendinginkan arang secara perlahan dengan menutup rapat tungku atau ruang pembakaran untuk mencegah oksigen masuk.
Tujuannya untuk mencegah arang terbakar menjadi abu saat masih panas.

Arang yang terlalu cepat terkena udara bisa langsung menyala kembali.
Itu sebabnya proses pendinginan dilakukan dalam ruang tertutup selama beberapa jam.
Pendinginan yang tepat menjaga bentuk dan kualitas arang.

Setelah cukup dingin, pekerja mengeluarkan arang dan memeriksa kualitasnya. Mereka biasanya memisahkan arang baik dari serpihan yang tidak layak pakai.
Tahapan ini memastikan hanya arang berkualitas yang lanjut ke penyimpanan.

4.Penyimpanan

Setelah didinginkan, arang disimpan di tempat yang kering dan terlindung dari air.
Kelembaban bisa membuat arang sulit menyala dan cepat rusak.
Oleh karena itu, lokasi penyimpanan harus memiliki ventilasi yang baik.

Pekerja mengemas arang dalam karung atau kotak untuk menjaga bentuknya dan melindunginya dari debu, air, atau serangga. Mereka menyimpan arang dengan baik agar tetap kering hingga digunakan.

Dalam skala usaha, pekerja menyusun stok arang rapi di rak atau gudang khusus sehingga mempermudah pengambilan dan distribusi. Penyimpanan yang tepat membuat arang lebih awet dan siap digunakan kapan saja.

Efisiensi Pembakaran

Briket mampu memberikan waktu pembakaran yang lebih lama dibanding arang biasa. Hal ini terjadi karena struktur briket yang padat dan seragam. Karena waktu pembakaran yang lama, pengguna dapat menghemat konsumsi bahan bakar.

Selain tahan lama, briket juga menghasilkan panas yang stabil selama pembakaran. Suhu panas tidak mudah naik turun, sehingga cocok untuk memasak dan proses produksi. Stabilitas ini menjadikan briket lebih efisien daripada arang.

Keunggulan lainnya, briket membakar dengan asap yang lebih sedikit. Asap yang minim membuat lingkungan lebih bersih dan aman bagi kesehatan. Karena itu, briket menjadi pilihan ideal untuk rumah tangga dan industri kecil.

Dampak Lingkungan

Produksi arang biasanya membutuhkan kayu sebagai bahan utama. Untuk memenuhinya, banyak pohon ditebang tanpa perhitungan jangka panjang. Aktivitas ini mempercepat kerusakan hutan dan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Sebagai alternatif, produsen mengolah limbah pertanian seperti tempurung kelapa dan serbuk kayu menjadi briket. Sebelumnya, banyak yang membuang atau membakar bahan-bahan ini tanpa memanfaatkannya. Setelah diolah menjadi briket, limbah tersebut berubah menjadi bahan yang bernilai dan bermanfaat.

Karena memakai bahan sisa, briket jauh lebih ramah lingkungan. Produksinya tidak merusak hutan dan justru membantu mengurangi sampah organik. Oleh karena itu, briket menjadi pilihan energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Kelebihan dan Kekurangan Masing-Masing

Pengguna memanfaatkan briket dan arang sebagai bahan bakar, tetapi keduanya berbeda dari segi bahan, proses pembuatan, dan dampaknya. Briket lebih ramah lingkungan karena terbuat dari limbah organik dan menghasilkan asap lebih sedikit. Selain itu, briket memiliki daya bakar lebih lama dan stabil, meskipun proses produksinya lebih kompleks dan membutuhkan perekat.

Mereka memproduksi arang secara sederhana sehingga mudah dinyalakan, tetapi arang itu menghasilkan lebih banyak asap dan terbakar lebih cepat.

 Arang juga berisiko merusak lingkungan karena memerlukan kayu sebagai bahan utama. Oleh karena itu, briket lebih disarankan sebagai alternatif berkelanjutan dalam jangka panjang.

Briket

Kelebihan

  • Ramah lingkungan

  • Pembakaran lebih lama dan stabil

  • Asap sedikit

  • Memanfaatkan limbah

  • Bentuk seragam dan mudah disimpan

Kekurangan

  • Proses produksi rumit

  • Membutuhkan perekat

  • Pengeringan lama

  • Sulit menyala di awal

Arang

Kelebihan

  • Mudah dinyalakan

  • Proses pembuatan sederhana

  • Mudah ditemukan di pasaran

  • Tidak butuh perekat

Kekurangan

  • Menghasilkan banyak asap

  • Pembakaran cepat habis

  • Berpotensi merusak hutan

  • Bentuk tidak seragam

Kesimpulan

Mesin briket arang kelapa lebih efisien,menghasilkan bentuk seragam, serta memberikan daya bakar yang lebih lama dan stabil. Proses produksinya memang lebih kompleks karena memerlukan tahap pencampuran, pencetakan, dan pengeringan.

Pengolahan limbah pertanian menjadi briket menghasilkan bahan bakar yang lebih bersih dan ramah lingkungan, sedangkan produsen membuat arang tradisional dengan mudah dan cepat menyala tetapi memiliki waktu bakar lebih singkat serta menghasilkan lebih banyak asap.

Karena menggunakan kayu sebagai bahan dasar, produksi arang berpotensi merusak lingkungan jika pelaku usaha tidak mengelolanya secara berkelanjutan. Oleh sebab itu, briket mesin menjadi pilihan alternatif energi jangka panjang yang lebih unggul..

 

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *